Opini

Keberanian Berubah Harus Kita Lakukan

Oleh: Pudiyaka

Pada kondisi sulit saat ini, kita harus memiliki keberanian untuk berubah, sebab untuk memenangkan dalam persaingan global, kuncinya dalam kemampuan kecepatan untuk berubah dan pemanfaatan peluang yang ada.

Kita harus melakukan transformasi ekonomi yang akan memberi manfaat dan peluang masa depan yang lebih baik.

Kita paham bahwa Indonesia telah terbelenggu dalam waktu yang cukup lama. Coba kita perhatikan. Kita melakukan ekspor bahan mentah hasil kekayaan alam Indonesia sejak zaman Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) lahir 20 Maret tahun 1602 sampai sekarang. VOC adalah kongsi dagang asal Belanda merupakan perusahaan Hindia Timur Belanda yang bertujuan untuk mempertahankan monopoly terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara pada era penjajahan Belanda. Hingga sekarang kita tidak pernah memiliki keberanian untuk berubah, meski kondisi pemerintahan di bumi nusantara ini telah beralih dari rezim satu ke rezim lainnya, sehingga kita terlena hingga sekarang.

Era pemerintahan saat ini yang memperioritaskan upaya hilirisasi dan industrialisasi dan mengembangkan kebijakan melarang ekspor bahan mentah, boleh dibilang sebagai motor penggerak yang memunculkan keberanian kita untuk berubah dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini.

Keberanian itu ditanamkan Presiden RI Joko Widodo, yang diawali dengan mengurangi subsidi BBM sampai keberaniannya mengambil kebijakan BBM satu harga untuk seluruh pelosok tanah air, termasuk untuk masyarakat Papua. Terus berlanjut berhasil mengambil alih penguasaan saham Freeport sehingga dapat mengurangi tekanan asing, saham mayoritas Freeport kini berada ditangan pemerintah Indonesia.

Baca Juga:   Sinyal Merah Produksi Padi di Sumsel

Keberanian berikutnya, nampak ketika melawan bisnis Uni Eropa terkait masalah bisnis kelapa sawit yang merugikan Indonesia. Karena dengan berbagai dalih terkait lingkungan sehingga bisnis kelapa sawit Indonesia diremehkan oleh Uni Eropa. Akhirnya Presiden RI Joko Widodo dengan tegas mengambil solusi dengan kebijakan menghentikan ekspor kelapa sawit dan CPO, sebagai langkah berani untuk melawan bisnis dengan pihak Uni Eropa. Kebijakan lanjutannya, dilakukan pengembangan hilirisasi dan industrialisasi kelapa sawit Indonesia, sehingga memunculkan produk turunan hasil karya anak bangsa, menjadi produk dan memiliki teknologi handal paling hebat di Dunia.

Kini Indonesia bisa menciptakan bio solar, produksi gula dari sawit, bensin dari sawit bahkan sudah mampu menciptakan bio avtur untuk bahan bakar pesawat dari sawit, bahkan lebih jauh lagi, Indonesia telah sukses uji coba bio avtur untuk pesawat terbang karya anak bangsa CN 235, merupakan bukti dari hasil keberanian untuk berubah memberi manfaat dan merupakan kesempaatan Indonesia untuk menjadi pemimpin dunia.

Berkembang lagi keberanian menghentikan ekspor bahan mentah nikel, kemudian dilanjutkan keberaniannya menggagas dan merealisasikan Indonesia sebagai produsen baterai dan kendaraan listrik yang sekarang diperhitungkan dunia.

Presiden RI Joko Widodo sempat mengungkapkan, bahwa ketika kita mengekspor bahan baku nikel Indonesia hanya mendapatkan devisa bernilai berkisar 15 sampai 20 triliun rupiah. Kini setelah pemberlakuan kebijakan penghentian ekspor bahan baku nikel, kini nilai ekspor hasil hilirisasi dan industrialisasi nikel nilainya telah melompat menjadi 300 triliun rupiah.

Baca Juga:   Aneh Indonesia Sebagai Produsen Alami Krisis Energi

Satu per satu lanjutkan keberanian kita, untuk mengambil kebijakan larangan ekspor bahan baku seperti bouksit, tembaga, emas, timah dan masih banyak yang lainnya.

Keberanian berubah untuk melarang ekspor bahan baku dan melakukan kerja detail dengan menggerakkan hilirisasi dan industrialisasi, merupakan langkah tepat yang dapat membuka lapangan kerja baru yang jumlahnya sangat besar. Penerimaan negara akan jauh meningkat dengan melalui pemungutan pajak PPh, PPN, dan penerimaan negara bukan pajak akan jauh lebih meningkat jumlahnya dan meningkatkan kesempatan usaha serta mampu mengurangi tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan.

Faktanya penghentian ekspor nikel digugat Uni Eropa di WTO hingga kini belum selesai. Namun Presiden RI Joko Widodo tidak gentar, bahkan menjadi semakin berani. Rencananya tahun depan lebih berani lagi, akan dilakukan larangan ekspor bahan baku bouksit, meskipun akan digugat lagi di WTO. Keberanian harus kita coba, gugatlah kita tidak takut, ungkap Presiden RI.

Kebijakan menghentikan ekspor bahan baku itu dinilai benar, dalam rangka kedaulatan RI dan sebagai upaya menciptakan iklim usaha di Indonesia sehingga kita tidak jual bahan baku tetapi yang kita ekspor sudah berupa barang jadi seperti Lithium baterai, tv baterai, kendaraan listrik, kita buat di dalam negeri dengan kerjasama BUMN, dan pihak swasta, sehingga menurut Presiden Joko Widodo bisa meningkatkan nilai tambah untuk Indonesia sebesar 12 kali bahkan sampai 20 kali lebih besar. (*)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button