OpiniPertanian

Kebijakan Perberasan di Sumsel Perlu Dievaluasi

Oleh: Pudiyaka

Berdasarkan Berita Resmi Statistik yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) selama satu tahun terakhir dapat kita pahami, bahwa ada fenomena yang mengejutkan, bahwa Nilai Tukar Petani (NTP Gabungan dari berbagai Subsektor) tidak dapat menggambarkan sesungguhnya khususnya NTP Padi dan Palawija. Faktanya NTP Padi dan Palawija merupakan Subsektor yang nilai NTP-nya paling rendah dibandingkan dengan Subsektor lainnya.

Oleh karena itu kita perlu memahami beberapa istilah yang digunakan BPS. Seperti pengertian NTP (Nilai Tukar Petani) pada data Badan Pusat Statistik (BPS) adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib).

NTP menjadi salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani.

NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.

NTP nasional pada Januari-Agustus 2022 diketahui tertinggi terjadi pada Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat yakni sebesar 127,03 dan NTP nasional terendah pada Subsektor Tanaman Pangan (Padi dan Palawija) yakni NTP Padi dan Palawija (NTPP) sebesar 97,97. Subsektor yang nilai NTP-nya dibawah angka 100, hanya pada Subsektor Tanaman Pangan Padi & Palawija (NTPP).

NTP pada data BPS mengambarkan secara umum yang merupakan gabungan petani padi, petani palawija, petani hortikultura, petani perkebunan rakyat, petani nelayan & perikanan tangkap dan petani perikanan budidaya. Tidak menggambarkan Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan secara spesifik.

Untuk mendapatkan gambaran Nilai Tukar Petani Padi dan Palawija, ada tersembunyi dalam NTP dan kita harus melihat lebih rinci lagi. Dalam uraian data BPS kita bisa menemukan istilah NTPP (Nilai Tukar Petani Padi dan Palawija). NTPP ini dapat lebih tepat menggambarkan tingkat kemampuan/ daya beli petani padi dan palawija.

Baca Juga:   Lima Gerakan Wujudkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Banyuasin

Yang sangat mengejutkan, ternyata nilai NTPP setiap bulan dalam satu tahun terakhir menunjukkan nilai sebagian besar dibawah angka 100, Apalagi NTPP di Provinsi Sumatera Selatan dalam satu tahun terakhir menunjukkan nilai dibawah 91, bahkan mencapai nilai terendah pada angka 84,15 (Juli 2022).

Mari kita cermati berdasarkan data BPS Provinsi Sumatera Selatan dalam Berita Resmi Statistik, 1 Agustus 2022 disebutkan NTP Juli 2022 nilainya 105,75 (lebih besar dari 100 merupakan NTP gabungan). Namun apabila kita cermati lebih rinci diketahui pada Juli 2022 NTP Padi dan Palawija (NTPP) nilainya hanya sebesar 84,15, NTP Hortikultura 102,81, NTP Perkebunan Rakyat 112,85, NTP Peternakan107,64, NTP Nelayan & Tangkap 102,99, nilai NTP Ikan Budidaya 94,27. Dalam hal ini ada yang sangat mengejutkan NTPP 84,15, tersembunyi dalam NTP 105,75 (NTP gabungan Juli 2022).

NTPP di Provinsi Sumatera Selatan rata-rata dalam satu tahun rerakhir nilainya hanya 88,10. Sedangkan NTPP rata-rata nasional dalam satu tahun terakhir nilainya 98,45. Hal ini menunjukkan NTPP di Provinsi Sumatera Selatan lebih rendah dari rata-rata nasional, dengan beda yang sangat nyata.

Dimana, dalam satu tahun terakhir NTPP di Provinsi Sumatera Selatan, yang nilainya mencapai 90 hanya pada Oktober 2021 dan Desember 2021. Sedangkan NTPP nasional nilai terendah pada angka 95, pada Juni 2022 dan Juli 2022.

NTPP di Provinsi Sumatera Selatan pada Februari 2022 nilainya 89,17 dan terus menurun hingga Juli 2022, sampai menyentuh nilai NTPP terendah 84,15.

Harga Gabah di Sumsel Terendah

Berdasarkan data BPS dalam Berita Resmi Statistik, 1 September 2022 diketahui selama Agustus 2022, rata-rata harga Gabah Kering Panen (GKP) ditingkat petani Rp 4.865,- per Kg dan ditingkat penggilingan Rp 4.986 per Kg.

Baca Juga:   Indonesia dan Malaysia Sepakat Menentukan Harga Sawit Dunia

Harga Gabah Kering Giling (GKG) ditingkat petani Rp 5.485,- ditingkat penggilingan Rp 5.615.

Harga gabah luar kualitas ditingkat petani Rp 4.532,- per Kg dan di tingkat penggilingan Rp 4.640,- per Kg.

Berdasarkan Berita Resmi Statistik yang diterbitkan BPS, 1 September 2022, diketahui harga Gabah Kering Panen (GKP) dipenggilingan pada Agustus 2022 terendah terjadi di lokasi Provinsi Sumatera Selatan Rp 3.350,- per Kg.

Begitu juga diketahui harga gabah luar kualitas di tingkat petani, harga terendah Agustus 2022 diketahui terjadi di lokasi Provinsi Sumatera Selatan.Harga gabah luar kualitas di tingkat penggilingan, harga terendah ditemukan di Provinsi Sumatera Selatan dan Jawa Barat Rp 3.550,- per Kg.

Fakta di atas, apabila kita lihat dalam permasalahan kebijakan perberasan di Provinsi Sumatera Selatan, nampaknya ada masalah yang cukup serius terkait ekonomi petani khusunya petani padi di Provinsi Sumatera Selatan, dibandingkan dengan tingkat kemampuan /daya beli petani padi secara nasional.

Hal itu juga ditunjukkan dengan gejala tingkat produksi padi di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2021, dinyatakan menurun hampir menyentuh angka 7 persen dibandingkan produksi padi tahun sebelumnya. Hal ini merupakan kenyataan yang jarang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan.

Fakta ini merupakan sinyal bahwa kebijakan perberasan di Provinsi Sumatera Selatan perlu dievaluasi, khususnya terkait dengan harga yang diterima petani dan harga yang harus dibayar petani. Dengan harapan supaya gairah petani padi agar terus bersemangat, untuk melestarikan Sumsel tetap menjadi Lumbung Pangan Nasional. (*)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button