Nasional

Ibu Kota Indonesia yang Baru Bernama Nusantara

Editor: Pudiyaka

JITOE – Ibu Kota Negara yang sedang dibangun di Kecamatan Sepaku, Kalimantan Timur bernama Nusantara. 

Menteri PPN Suharso Monoarfa  dalam rapat Panitia Khusus RUU tentang Ibu Kota Negara dengan Pemerintah, Senin (17/1/2022) menegaskan  telah mendapatkan konfirmasi dari Presiden Joko Widodo bahwa Ibu Kota Negara yang sedang dibangun saat ini bernama Nusantara.

Sebelumnya ada sekitar 80 nama yang diusulkan untuk menjadi nama ibu kota baru, antara lain Negara Jaya, Nusantara Jaya, Nusa Karya, Pertiwipura, dan Cakrawalapura.

Menurut Suharso, pemerintah telah meminta pertimbangan dari ahli bahasa dan ahli sejarah untuk memilih nama yang paling tepat untuk ibu kota baru.

Terkait nama Nusantara, sejarawan lokal Muhamad Syarif mengungkapkan bahwa nama Nusantara memiliki relasi dengan sejarah lokal Kalimantan Timur. 

Baca Juga:   FAO dan IRRI Akui Ketangguhan Sektor Pertanian Indonesia

Dia menjelaskan, sebelum dikenal dengan nama Kerajaan Kutai, wilayah Kalimantan bernama asli Nusantara.

Pendapat Syarif berdasarkan buku Uit de Salasila van Koetei (Salasila Kutai) yang ditulis S.W. Tromp dan diterbitkan oleh penerbit Bill, 1 Januari 1888. Dan buku Beschrijving van De Onderafdeeling Koetei (Deskripsi Onderafdeeling/Subdivisi Kutai) yang ditulis S.C. Knappert, diterbitkan oleh penerbit Bill, 1 Januari 1905.

Jika merujuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) di laman situs kbbi.kemdikbud.go.id, arti kata Nusantara adalah sebutan (nama) bagi seluruh wilayah kepulauan Indonesia.

Sementara itu, diyakini sejumlah ahli sejarah, penyebutan kata “Nusantara” pertama kali tercatat dalam Kitab Kakawin Nagarakertagama karya Mpu Prapanca tahun 1365 Masehi.

Dari kitab tersebut diketahui nama Nusantara berasal dari bahasa Jawa kuno yang terbagi menjadi dua kata yaitu “nusa” dan “antara”. Nusa berarti pulau dan antara memiliki arti terluar.

Baca Juga:   Harapan Indonesia Merajai Kendaraan Listrik

Kata Nusantara juga digunakan oleh Patih Majapahit,Gajah Mada dalam Sumpah Palapa:

“Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukita palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa.”

“Dia Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada: Jika telah mengalahkan pulau-pulau lain, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa”.

Pada abad ke-20, penggunaan nama “Nusantara” digaungkan kembali oleh Ki Hadjar Dewantara. (*)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button