SUMSEL

Tantangan Revolusi Teknologi Generasi 2045

Oleh: Pudiyaka

Badan Standar Nasional Pendidikan menerbitkan sebuah buku yang berjudul “Arah Kompetensi Generasi Indonesia Menuju 2045” yang cetak I, Tahun 2020.  Dalam buku tersebut juga menggambarkan tantangan yang akan dihadapi generasi 2045.

Sepanjang perjalanan dekade demi dekade abad ke-21 ini, warga dunia berada pada perubahan yang menghubungkan masa lalu, sekarang dan masa mendatang yang semakin menantang. Hadirnya teknologi digital sebagai akibat dari revolusi pengetahuan telah mampu menghubungkan warga dunia secara daring.

Hal ini tidak hanya berdampak pada perubahan pola komunikasi antarwarga dunia, teknologi digital juga telah membentuk tata ekonomi, sosial, budaya, bahkan tata moral baru, melalui tukar pikiran dan tukar rasa dengan segenap pelaku dari berbagai spektrum di seluruh dunia.

Seratus tahun setelah kemerdekaan, bagi bangsa Indonesia diproyeksikan hadirnya era kehidupan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia.

Namun generasi 2045 akan menghadapi tantangan yang cukup kompleks. Hal ini setidaknya dapat diprediksi bahwa suasana kehidupan akan penuh pergolakan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) yaitu (volatility), ketidakpastian (uncertainty), rumit (complexity) dan bahkan ketidak-jelasan (ambiguity).

Tantangan dari berbagai aspek kehidupan, baik revolusi digital, kualitas pendidikan, populasi dan sumber daya manusia, ekonomi, ekologi, kesehatan, kebencanaan, religius, kesetaraan dan kesadaran gender, dan kepekaan budaya.

Dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut, yang dibutuhkan adalah pribadi yang memiliki fleksibilitas dan mampu melengkapi dirinya dengan kompetensi yang sesuai zamannya (adaptif).

Revolusi Teknologi
Kemajuan teknologi diprediksi akan memasuki fase Industri 4.0 dan Society 5.0. Pada fase ini, internet of things atau otomatisasi dan penerapan teknologi yang bertumpu pada internet dan mega data (big data) akan menjadi tren manufaktur yang memungkinkan adanya proses yang lebih efisien dalam proses manufaktur (smart factory) dan pengelolaan value chain.

Perkembangan teknologi dan inovasi akan menjadi kekuatan pendorong yang akan membawa arah perubahan penting di dunia dalam jangka waktu 30 tahun ke depan, terutama di bidang teknologi hayati, dunia maya, energi, pembangunan masyarakat, dan material maju.

Negara yang tidak hanya menjadi pengguna teknologi maju tersebut pada industri jasa, tetapi juga mampu berperan dalam menghasilkan inovasi di sektor industri manufaktur akan menjadi pemenang.

Perkembangan yang sangat pesat pada teknologi digital yang diawali dengan perkembangan teknologi mikroelektronika yang menghasilkan prosesor yang kuat dan cepat untuk mampu menyimpan data dalam jumlah besar (big data) dalam teknologi awan (cloud technology).

Baca Juga:   Sejak 1970 Jadi Bandara Internasional, Kini Bandara SMB II Turun Status Jadi Domestik

Akhirnya muncul beberapa ilmu pengetahuan baru, seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence), data science, bioteknologi, dan nanoteknologi.

Bahkan beberapa pakar lain menyebutkan perlu ilmu pengetahuan Autonomous Robotic, Simulation, System Integration, Internet of Things, Blockchain, 3D printing, Cyber Security, Cloud Computing, Addicted Manufacturing, Virtual/Augmented Reality, sampai Big Data.

Penggabungan teknologi eksponensial (pertumbuhan pemanfaatan teknologi yang sangat cepat) dengan bioteknologi, nanoteknologi, dan kecerdasan buatan, menghasilkan perubahan yang cepat dan berlipat yang memberi kemudahan dan keuntungan bagi kemanusiaan.

Revolusi Industri ke-4 dipandang sebagai suatu proses yang mengantar bangsa-bangsa dari berbagai negara di dunia ini agar semakin terkait satu sama lain dan yang memerlukan berbagai tatanan baru dalam kehidupan.

Kemajuan yang dicapai dalam bidang sains dan teknologi, revolusi dalam teknologi digital, globalisasi, perubahan gaya hidup, dan demokrasi adalah tantangan yang akan dihadapi generasi 2045.

Kemajuan demi kemajuan dalam bidang kedokteran, kefarmasian, pemenuhan, sandang, pangan dan papan, dan bahkan dinamika cara belajar mengajar dengan bantuan teknologi akan sangat mungkin mengubah bagaimana masyarakat pembelajar menghadapinya.

Perkembangan IPTEK menjadi pilar persaingan bangsa yang merupakan salah satu ukuran daya saing bangsa. Pada lingkup regional ASEAN, daya saing teknologi Indonesia menurut The Global Competitiveness Index 2018-2019 menunjukkan bahwa Indonesia masih tertinggal jauh dengan negara-negara yang tergabung dalam ASEAN lainnya.

Indonesia berada pada peringkat ke-50 dari 141 negara di dunia dan menduduki peringkat ke-4 setelah Singapura, Malaysia, dan Thailand (World Economic Forum, 2019). Kekuatan terbesar Indonesia pada kestabilan ekonomi makro.

Hal ini menunjukkan bahwa inovasi yang dibuat Indonesia baru mampu menjangkau pasar domestik dan Indonesia masih menjadi konsumen produk inovasi dari luar negeri.  Namun berdasarkan laporan World Economic Forum (2019) adaptasi teknologi Indonesia mengalami peningkatan.

Perbandingan produktivitas peneliti di dunia, pendidikan tinggi perlu diperhatikan, terutama pada dampak hasil penelitian pada masyarakat. Rendahnya penciptaan teknologi yang mendapatkan HKI dalam bentuk hak paten dan royalti mengindikasikan rendahnya indeks pencapaian teknologi Indonesia, pada tahun 2013 berdasarkan data dari United Nation for Development Program (UNDP) Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 72 negara.

Dari segi perbandingan rasio peneliti dengan penduduk Indonesia masih rendah yaitu hanya mencapai 205 orang per satu juta penduduk Indonesia. Sedangkan negara-negara lain seperti Korea Selatan mencapai 4.627 orang, Jepang 5.573 orang, dan Singapura 6.088 orang.

Baca Juga:   Pemprov Sumsel Teken MoU Pemanfaatan Data dan Informasi Geospasial Bersama BIG RI

Rendahnya daya saing inovasi teknologi tetap perlu menjadi perhatian. Salah satu penyebab masih rendahnya perhatian pemerintah untuk pengembangan inovasi dan penelitian. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya perbandingan Gross Expenditure on R&D (GERD) terhadap PDB Indonesia pada tahun 2017 yang hanya menunjukkan angka 0,09%, sementara negara-negara ASEAN lainnya telah mencapai angka yang lebih tinggi yaitu Singapura (2,36%), Malaysia (2%), dan Vietnam (0,1%).

Rendahnya kemajuan teknologi juga disebabkan karena minimnya anggaran negara untuk riset yaitu hanya 0,08% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) per tahun.

Selain itu, rendahnya penguasaan dan pemanfaatan IPTEK juga disebabkan oleh minimnya kolaborasi antara pemerintah, industri, lembaga riset, dan perguruan tinggi.

Pada 2045 wajah Indonesia akan diwarnai oleh peran teknologi yang berkembang pesat. Hal ini juga sebagai dampak dari pesatnya perkembangan teknologi global yang didominasi oleh kemajuan teknologi informasi dan teknologi robotika yang digunakan dalam dunia industri maupun non-industri. Pada 2045 keberadaan robot humanoid telah memasuki perkembangannya yang “hampir sempurna”, sehingga peran manusia semakin bersanding dengan produk-produk teknologi yang canggih, seperti robot humanoid tersebut.

Dalam kondisi seperti itu, Indonesia perlu mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan untuk dapat memanfaatkan teknologi dunia untuk kepentingan bangsa dan disesuaikan dengan kondisi di Indonesia, seperti kearifan lokal, norma agama, nilai luhur, iklim tropis.

Kemampuan inovasi pengetahuan dan teknologi diutamakan untuk pembangunan NKRI yang berkelanjutan sebagai negara maritim dengan pelestarian atau peningkatan daya tahan dan daya dukung ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan bagi seluruh penduduk kepulauan Indonesia.

Saat ini, Indonesia masih menjadi pengguna dan belum banyak berinovasi dalam penciptaan piranti-piranti teknologi baru. Namun demikian, melalui penelitian dan pengembangan yang dilakukan secara konsisten diharapkan Indonesia mampu membangun industri teknologi tinggi yang mandiri, menghasilkan piranti atau perangkat keras yang akan menjadi fondasi dari perkembangan teknologi di masa mendatang.

Manakala hal tersebut terus diikhtiarkan, pada 2045, Indonesia tidak terlampau ketinggalan dalam persaingan kemajuan teknologi dan pemanfaatannya bagi kemajuan ekonomi nasional. (*)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button