Internasional

Pembakaran Al-Quran di Swedia Picu Kemarahan Masyarakat Muslim Dunia

Editor: M. Anton

JITOE – Aksi demonstrasi anti-Turki dan upaya Swedia untuk bergabung dengan NATO yang terjadi di Stockholm, Swedia, diwarnai pembakaran salinan Alquran, Sabtu (21/01/2022). Munculnya tindakan itu meningkatkan ketegangan Swedia dengan Turki.

Aksi itu juga memicu kemarahan masyarakat Muslim dunia.

Turki
Kementerian Luar Negeri Turki seperti dikutip dari Reuters mengeluarkan pernyataan resmi mengutuk keras ‘serangan keji’ itu.

“Kami mengutuk sekeras mungkin serangan keji terhadap Kitab Suci kami … Mengizinkan tindakan anti-Islam ini, yang menargetkan umat Islam dan menghina nilai-nilai suci kami, dengan kedok kebebasan berekspresi yang sepenuhnya tak bisa diterima.”

Pernyataannya dikeluarkan Turki setelah seorang politisi anti-imigran dari sayap kanan, Rasmus Paludan, membakar salinan Alquran di dekat Kedutaan Besar Turki di Stockholm. Paludan, yang juga berkewarganegaraan Swedia, pernah menggelar sejumlah demonstrasi di masa lalu dimana dia membakar Alquran.

Kementerian Turki pun mendesak Swedia untuk mengambil tindakan yang diperlukan terhadap para pelaku dan mengundang semua negara untuk mengambil langkah nyata melawan Islamofobia.

Pakistan
Kecaman juga dikeluarkan Kementerian Luar Negeri Pakistan. “Tindakan Islamofobia yang tidak masuk akal dan provokatif ini melukai kepekaan agama lebih dari 1,5 miliar Muslim di seluruh dunia,” kata sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Pakistan.

Baca Juga:   Jembatan Penghubung Malaysia-Indonesia Sepanjang 120 Km Bakal Dibangun

Indonesia
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu) mengutuk keras aksi pembakaran salinan Al-Qur’an oleh Rasmus Paludan itu. Kemlu menyebut tindakan itu telah melukai dan menodai toleransi umat beragama.

“Indonesia mengutuk keras aksi pembakaran kitab suci Al-Qur’an oleh Rasmus Paludan, politisi Swedia, di Stockholm (21/01/2023),” tulis Kemlu di akun Twitter resminya, Minggu (22/1).

Iran
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengatakan beberapa negara Eropa dengan dalih palsu mengadvokasi kebebasan berbicara memungkinkan elemen ekstremis dan radikal untuk menyebarkan kebencian terhadap kesucian dan nilai-nilai Islam.

Kanaani mengatakan meskipun ada penekanan kuat pada hak asasi manusia dalam Islam, orang Eropa terus melembagakan anti-Islamisme dan Islamofobia dalam masyarakat mereka.

Dia menambahkan bahwa penodaan al-Quran adalah contoh nyata penyebaran kebencian dan memicu kekerasan terhadap umat Islam, yang tidak ada hubungannya dengan kebebasan berbicara dan berpikir.

Kuwait

Menteri Luar Negeri Kuwait Sheikh Salem Abdullah Al Jaber Al Sabah dalam pernyataan mengatakan insiden itu melukai sentimen Muslim di seluruh dunia dan menandai provokasi serius.

Dia meminta masyarakat internasional untuk memikul tanggung jawab dengan menghentikan tindakan yang tidak dapat diterima tersebut dan mengecam segala bentuk kebencian dan ekstremisme serta meminta pertanggungjawaban para pelaku.

Baca Juga:   Arab Saudi Kurangi Jeda Adzan dan Iqamah Subuh dan Isya Jadi 10 Menit

Arab Saudi

“Arab Saudi menyerukan untuk menyebarkan nilai-nilai dialog, toleransi, dan hidup berdampingan, serta menolak kebencian dan ekstremisme,” kata Kementerian Luar Negeri Saudi dalam sebuah pernyataan.

UEA

Uni Emirat Arab mengatakan menentang semua praktik yang ditujukan untuk mengacaukan keamanan dan stabilitas yang bertentangan dengan nilai dan prinsip manusia dan moral.

Mesir
Mesir memperingatkan bahaya penyebaran tindakan yang menyinggung agama dan memicu ujaran kebencian dan kekerasan, menyerukan penegakan nilai-nilai toleransi dan hidup berdampingan secara damai dan mencegah pelanggaran terhadap semua agama dan kesuciannya melalui praktik ekstremis yang bertentangan dengan nilai-nilai kehormatan. untuk agama.

Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)

Organisasi Kerja Sama Islam mengatakan aksi pembakaran al-Quran adalah tindakan provokatif yang menargetkan Muslim. Aksi itu dianggap menghina nilai-nilai suci agama Islam dan berfungsi sebagai contoh lebih lanjut dari tingkat mengkhawatirkan yang dicapai oleh Islamofobia. OKI meminta Swedia untuk menghukum mereka yang berada di balik apa yang disebut sebagai “kejahatan rasial”. (*)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button