Olahraga

Maskot ASEAN Para Games 2022, Rajamala Sang Penolak Balak

Editor: M. Anton

JITOE – Rajamala adalah maskot ASEAN Para Games 2022 yang digelar di Solo, Jawa Tengah, 30 Juli hingga 6 Agustus 2022.

Rajamala bertubuh kekar berkulit merah. Hidungnya mancung dan berkumis tebal.

Rambutnya panjang terurai. Dia mengenakan pakaian yang gagah berwarna coklat, dilengkapi kain batik membalut celananya. Di dadanya berlambang wayang dan keris.

Berbeda dengan maskot-maskot di ajang olahraga yang berbentuk imut dan lucu, sosok Rajamala dibuat dengan ekspresi yang menyeramkan, tetapi terlihat gagah dan berwibawa.

Rajamala kini ramai menghiasi sejumlah titik strategis dan di sepanjang jalan menuju kota Solo sebagai tempat utama pelaksanaan ajang olahraga ke-11 itu.

Misalnya di Bandara Adi Soemarmo di Boyolali dan daerah sekitarnya yakni sekitar Karanganyar, Sukoharjo hingga Semarang yang juga menjadi tempat berlangsungnya pertandingan beberapa cabang olahraga selain di Solo.

Sekilas figurnya memang nampak menyeramkan namun Rajamala memiliki karakter yang kuat dan menjadi sosok yang dinilai super dan tiada tanding seperti dalam kisah pewayangan.

Wali Kota Solo sekaligus Ketua Komite Pelaksana Indonesia ASEAN Para Games (INASPOC) 2022 Gibran Rakabuming Raka menjelaskan pemilihan maskot Rajamala itu merepresentasikan budaya Kota Solo.

Ia pun mengenalkan maskot itu kepada masyarakat luas termasuk kepada atlet Para Games Indonesia dengan cara kirab yang dimulai dari Jalan Slamet Riyadi hingga Simpang Ngapeman, Solo.

Asal muasal Rajamala

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta menyebutkan karakter Rajamala tergambar di haluan perahu sebagai “canthik” atau cucuk/hiasan pada perahu kerajaan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

“Canthik” itu dibuat oleh Paku Buwono V saat masih menjadi putra mahkota dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Amangkunagoro III pada masa pemerintahan Paku Buwono IV yang memerintah sekitar tahun 1788-1820.

Hiasan itu terbuat dari kayu jati yang berasal dari hutan milik Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yaitu Hutan Donoloyo.

Baca Juga:   Sumsel Buat Buku Sejarah KONI

Benda tersebut di kalangan Keraton Kasunanan Surakarta termasuk benda pusaka dan menjadi salah satu saksi bisu kejayaan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Jawa Tengah, pada sekitar abad ke-18.

Meskipun “canthik” Rajamala memiliki rupa yang tegas dan menyeramkan tapi itu menjadi dasar kesaktian tokoh Rajamala yang tak terkalahkan dalam kisah pewayangan dan sebagai simbol untuk menolak bala atau aura negatif.

Sedangkan perahu Rajamala memiliki ukuran 58,9×6,5 meter dan terbilang besar dan perkasa pada masanya.

Salah satu bukti kebesarannya adalah ukuran dayung perahunya yang panjangnya mencapai sekitar 6,6 meter.

Berdasarkan deskripsi Museum Radya Pustaka, Perahu Rajamala dibuat untuk hilir mudik Solo-Gresik, digunakan yang pertama oleh Sri Susuhunan Paku Buwana IV.

Perahu Rajamala berlayar ke Gresik menjemput Puteri Pamekasan Madura untuk dijadikan permaisuri.

Perjalanan terakhir Perahu Rajamala dilakukan oleh Sri Susuhunan Paku Buwana VII untuk menjemput Puteri Madura dari Bangkalan, Puteri Sultan Cakraningrat.

Saat ini, perahu tersebut tersimpan di Museum Keraton Surakarta dan “canthik” juga disimpan di Museum Radya Pustaka.

Sementara itu, Rajamala dalam kisah pewayangan merupakan sosok setengah manusia dan raksasa yang kuat dan tak ada tandingan.

Ia disebut sebagai Raden Rajamala, seorang ksatria Wirata pada zaman Prabu Matswapati.

Filosofi Rajamala

Pemilihan Rajamala sebagai sebuah maskot pada ajang olahraga multi-event bagi penyandang disabilitas dua tahun sekali itu tak sekedar sebuah benda yang asal main comot.

Ia harus menjadi simbol dan pengingat perhelatan olahraga yang diadakan di suatu daerah yang mengangkat nilai-nilai kearifan lokal.

Sebelumnya pada pelaksanaan ASEAN Para Games 2011 yang juga diadakan di Solo, maskot yang digunakan adalah Modo dan Modi, yang berbentuk komodo.

Baca Juga:   Menpora Ajak Masyarakat Tetap Aktif Berolahraga Lewat Program WAH

Komodo merupakan hewan purba endemik yang hanya ditemukan di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

Dua maskot Modo dan Modi itu digambarkan berpakaian batik khas Solo.

Begitu juga untuk pelaksanaan kedua di Solo untuk ASEAN Para Games 2022 menampilkan unsur budaya yang kental.

Sekretaris Jenderal INASPOC Rima Ferdianto menjelaskan pemilihan sosok Rajamala sebagai maskot melalui proses dan kajian selama hampir tiga bulan sejak April hingga Juni 2022.

Dalam proses desain hingga ditetapkan sebagai maskot, pihaknya melibatkan para budayawan Solo melalui forum untuk memutuskan bersama.

Adapun desain Rajamala untuk maskot tersebut juga dinilai sudah lebih “ramah” alias tidak begitu menyeramkan, meski karakternya masih tetap kuat.

Ada banyak desain atau gaya dari Rajamala yang menjadi maskot ajang olahraga difabel Asia Tenggara 2022 salah satunya Rajamala juga membawa obor semangat olahraga ASEAN Paragames 2022

Semangat dan energi Rajamala diharapkan menjadi momentum kekuatan dan kebangkitan bangsa di ASEAN melawan pandemi COVID-19 maupun tantangan masa depan.

Selain melambangkan budaya daerah, karakter Rajamala diharapkan memberikan kekuatan untuk mengusir aura negatif selama pelaksanaan ASEAN Para Games 2022 di Solo.

Sehingga target Indonesia mempertahankan gelar juara umum seperti pada ajang ke tujuh di Myanmar dan ke-10 di Malaysia bisa terwujud.

Rajamala sebagai benda pusaka juga melambangkan kebesaran Keraton Surakarta.

Tak hanya maskot, logo ASEAN Para Games 2022 juga mengadopsi unsur budaya Solo di antaranya gunungan wayang dan keris.

Berdasarkan data Pemkot Solo, gunungan wayang Merupakan simbol pergantian babak baru atau cerita baru setelah menghadapi masa pandemi, untuk bangkit menggapai tujuan bersama.

Sedangkan keris ladrang adalah simbol perjuangan serta kehormatan yang diharapkan dapat mewakili semangat para atlet ASEAN Para Games 2022. (*)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button