Opini

Ketahanan Pangan: Indonesia Perlu Belajar dengan Rusia (Bagian I)

Oleh: Pudiyaka

Dahulu ketika Rusia masih menjadi bagian dari Uni Soviet, pada tahun 1963 Uni Soviet saat itu mengalami ketergantungan pangan khususnya gandum sebanyak 12,5 juta ton yang harus diimpor dari Amerika Serikat. Ketergantungan impor gandum terus meningkat sehingga pada tahun 1972 impor biji-bijian mencapai 23 juta ton, tahun 1975 menjadi 27 juta ton, tahun 1979 menjadi 31 juta ton, tahun 1980 menjadi 43 juta ton dan pada tahun 1985 impor biji-bijian menjadi 47 juta ton.

Ketergantungan Uni Soviet pada impor biji-bijian gandum yang terus meningkat menjadi salah satu faktor penting pendorong terjadinya gerakan reformasi politik dan reformasi ekonomi yang akhirnya berujung terjadinya keruntuhan Uni Soviet.
Karena saat itu harga minyak menurun drastis pada tahun 1980-an. Pemerintah Uni Soviet saat itu tidak memiliki cukup mata uang asing untuk membeli biji-bijian, sehingga terpaksa meningkatkan jumlah pinjaman luar negeri.

Baca Juga:   Perkembangan Harga Pangan Strategis di Pasar Utama Kota Palembang dalam Bulan Ramadhan (HBKN) Tahun 2022

Sementara itu kelangkaan produk biji-bijian menyebabkan meningkatnya kemarahan publik di dalam negeri, yang memicu runtuhnya Uni Soviet yang akhirnya terpecah menjadi 15 negara.

Salah satu pecahan dari Uni Soviet lahirlah negara Rusia yang merdeka sejak 12 Desember 1991, yang sekarang dipimpin Presiden Vladimir Putin sejak mulai 21 tahun yang lalu.

Sejak dipimpin Vladimir Putin negara Rusia menjadi semakin berjaya dibidang pertahanan, energi, industri bahkan sukses membangun pertanian dengan teknologi tinggi.

Vladimir Putin menyadari kelemahan pemerintahan di masa Uni Soviet, lalu bangkit membangun pertanian dengan teknologi tinggi. Hasilnya sangat menakjubkan. Ada pernyataan Vladimir Putin yang menggelitik, “Sekarang ini ekspor pertanian melampaui penjualan senjata. Ekspor pertanian mencapai US$ 28,8 Miliar dan ekspor industri pertahanan hanya mencapai US$15,6 Miliar,” kata Putin (12/3/2018) seperti dilansir hidayatullah.com.

Baca Juga:   Banjir Hadir Sesuai Hukum Alam

Pengembangan pertanian dengan teknologi tinggi membawa hasil yang gemilang, sehingga pada tahun 2012 dan 2013 produksi gandum Rusia mencapai 37,8 dan 52,14 juta ton gandum.

Bahkan berdasarkan catatan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB pada tahun 2018 – 2019 produksi gandum Rusia mencapai lebih dari 72 juta ton.

Pada tahun 2019, Rusia sudah menjadi negara pengekspor gandum terbesar di dunia, dengan penjualan mencapai 34,5 juta ton, dan pada tahun 2021 ekspor gandum mencapai 49 juta ton.

Bahkan yang menakjubkan pernyataan Presiden Vladimir Putin yang mengutip data Kementerian Rusia (13/5/2022) mengatakan bahwa Rusia akan memasuki musim panen yang sangat baik dengan produksi 130 juta ton tahun 2022, produksi gandum terbesar dalam sejarah Rusia. Itulah salah satu kehebatannya, Rusia tidak akan runtuh, karena punya pengembangan teknologi dan mitra yang handal. (*)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button