Politik

RA Anita Noeringhati: Peluang Suara Politikus Perempuan Pada Pemilu 2024 Belum Cukup

Reporter: Dino Martin
Editor: M. Anton

JITOE – Ketua DPRD Provinsi Sumsel Hj. R.A. Anita Noeringhati, S.H., M.H. menyerukan pentingnya pendidikan politik khususnya bagi kaum perempuan. Dia menakar pada pemilu 2024 yang akan datang, politikus perempuan masih belum cukup punya peluang untuk meraih suara.

“Tidak banyak politikus perempuan yang mempunyai peluang untuk meraih suara dalam pilkada 2024, karena politikus perempuan itu harus tahan uji, dan saat ini politikus perempuan masih banyak yang setengah hati,” kata Anita saat diskusi publik ‘Membangun Praktek Politik Yang Elegan dan Demokrasi’ bersama Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Sumsel di Guns Cafe Kambang Iwak Palembang, Sabtu (30/7/2022).

Menurut perempuan pertama yang menjabat Ketua DPRD Sumsel ini, perlu adanya perempuan-perempuan yang memumpuni yang mempunyai kapasitas dan kapabilitas, tidak hanya mengisi quota, tapi juga berteriak apa yang diperlukan perempuan.

Di tempat yang sama, Bupati Empat Lawang H Joncik Muhammad mengapresiasi kegiatan diskusi yang diselenggarakan IMM Sumsel ini.

“Saya pribadi memberikan apresiasi atas kegiatan ini, kalau bisa ke depannya terus berkala kegiatan seperti ini, Insya Allah kegiatan ini bermanfaat untuk bangsa, negara maupun propinsi dan kabupaten kota yang ada di Sumsel,” ucapnya.

Baca Juga:   Soal Keputusan MK, Anies: Seperti Pertandingan Sepakbola

Bupati Pali H. Heri Amalindo yang turut menjadi narasumber kegiatan mengatakan pada dasarnya dalam berpolitik harus dilandasi dengan dasar agama yang kuat agar dapat berpolitik dengan baik.

“Pada dasarnya semua harus dilandasi dengan agama yang kuat dan semua tergantung dari niat mau jadi apa kita, kalau niat kita baik tetap akan jadi baik pula, kalau sudah di landasi dengan agam yang kuat tidak akan terjadi yang namanya many politik,” ujarnya.

Heri Amalindo juga menuturkan mengenai money politik itu tergantung dari politikus masing masing, money politik tidak akan terjadi kalau tidak ada yang memberi.

“Semua tidak akan terjadi kalau tidak ada yang memberi, namun untuk masyarakat sendiri harus lebih bijak dalam memilih, lihat dulu siapa yang akan di pilih, sudah baikah yang akan kita pilih baguskah akhlaknya, jujurkah orang yang akan kita pilih itu, ” paparnya.

Baca Juga:   Money Politics Era Mata Uang Digital, Token Listrik Bisa Jadi Modus

Di sisi lain Ketua Bidang Hikmah, Politik dan Kebijakan Publik, M. Wahyu Nugroho berharap diskusi politik ini bisa menciptakan demokarasi politik yang dingin dan sistematis dimasa yang akan datang tanpa adanya politik identitas ataupun politik seperti sebelumnya yang begitu banyak bersebrangan sehingga banyak menimbulkan kericuha di masyarakat.

“Dari hasil kegiatan ini kita dapat mengaplikasikan dan mengimplementasikan semua yang menjadi kajian dalam diskusi kali ini, agar dapat mendorong baik itu pihak eksekutif maupun legislatif supaya di pemilu 2024 kita dapat menciptakan politik yang elegan dan demokratis, jangan hanya money oriented atau money politik yang hanya berpokus pada nilai nominal, siapa yang besar harus dipilih atau siapa yang tidak ada uang harus di tinggalkan,” tutupnya. (*)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button