PalembangSejarahSUMSEL

Inilah Prasasti Kedukan Bukit, Rujukan Hari Lahir Kota Palembang 17 Juni

Oleh Bangsa Prabu

Prasasti Kedukan Bukit adalah prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Prasasti ini berbentuk bulat lonjong dengan ukuran sekitar 45 x 80 cm. Terdapat 10 baris teks yang ditulis dengan aksara Pallawa dengan bahasa Melayu kuno.

Prasasti Kedukan Bukit ditemukan oleh C.J Batenburg pada 29 November 1920, di Kampung Kedukan Bukit, Palembang, Sumatera Selatan. Prasasti sendiri ditemukan di kebun milik Haji Djahri, di tepi Sungai Tatang yang menjadi anak Sungai Musi.

Pada 1924, prasasti beraksara Pallawa ini ditranskripsikan dan diterjemahkan oleh Philippus Samuel van Ronkel, seorang ahli Bahasa Melayu kenamaan.

Saat ditemukan, bagian akhir unsur pertanggalan pada baris ke-8 pada prasasti tersebut hilang. Seharusnya pada bagian yang hilang tersebut diisi dengan nama bulan.

Berdasarkan data dari fragmen prasasti No. D.161 yang ditemukan di Situs Telaga Batu, J.G. de Casparis (1956:11-15) dan Boechari (1993: A1-1-4) mengisinya dengan nama bulan Āsāda.

Dengan tafsiran Carsparis dan Boechari tersebut, maka lengkaplah penanggalan baris ke-8 prasasti, yaitu “sukacita pada hari ke lima paro-terang bulan Asada”.

Baca Juga:   Kepala LAN RI Sebut BPSDM Sumsel Sangat Layak Jadi Pusat  Pengembangan Kompetensi ASN di Sumatera

Hari ke lima paro-terang bulan Asada tahun 605 Saka (Kalender Saka), bila dihitung dengan kalender Masehi bertepatan dengan tanggal 16 Juni 682 Masehi.

Alasan 17 Juni Hari Jadi HUT Palembang

Di tahun 1971 dibentuklah tim perumus untuk menentukan hari jadi Kota Palembang. Tim yang beranggotakan Rusdi Kosim, Makmun Abdullah, Raden M Akib, dan perwakilan dari Kodam II Sriwijaya mengusulkan tanggal 16 Juni berdasarkan Prasasti Kedukan Bukit.

Saat itu keputusan akhir, untuk menentukan Hari Jadi Kota Palembang masih dipersilahkan Wali Kota Palembang untuk mempertimbangkan.

Wali Kota saat itu adalah Tjek Yan. Beliau menetapkan 17 Juni sebagai hari jadi Kota Palembang dengan alasan angka tersebut mudah diingat. Menurut Tjek Yan angka 17 adalah angka sakral. Dia mencontohkan 17 rakaat dan 17 Agustus.

Surat Keputusan Walikota Palembang mengenai tanggal 17 Juni sebagai Hari Jadi Kota Palembang masih berlaku hingga saat ini, sekalipun masih menjadi kontroversi di kalangan sejarahwan.

Berikut Isi Teks Prasasti Kedukan Bukit:

  1. svasti śrī śakavaŕşātīta 605 ekādaśī śukla-
  2. klapakşa vulan vaiśākha ḍapunta hiyaṃ nāyik di
  3. sāmvau mangalap siddhayātra di saptamī śuklapakşa
  4. vulan jyeşţha ḍapunta hiyaṃ maŕlapas dari minānga
  5. tāmvan mamāva yaṃ vala dua lakşa dangan kośa
  6. duaratus cāra di sāmvau dangan jālan sarivu
  7. tlurātus sapulu dua vañakña dātaṃ di mata jap (mukha upaṃ)
  8. sukhacitta di pañcamī śuklapakşa vulan… (āsāḍha)
  9. laghu mudita dātaṃ marvuat vanua …
  10. śrīvijaya jaya siddhayātra subhikşa nityakāla

Terjemahan dalam Bahasa Indonesia

  1. Selamat ! Tahun Śaka telah lewat 605, pada hari ke sebelas
  2. paro-terang bulan Waiśakha Dapunta Hiyang naik di
  3. sampan mengambil siddhayātra. pada hari ke tujuh paro-terang
  4. bulan Jyestha Dapunta Hiyang berlepas dari Minanga
  5. tamwan membawa bala tentara dua laksa dengan perbekalan
  6. dua ratus cara (peti) di sampan dengan berjalan seribu
  7. tiga ratus dua belas banyaknya datang di mata jap (Mukha Upang)
  8. sukacita pada hari ke lima paro-terang bulan….(Asada)
  9. lega gembira datang membuat wanua….
  10. Śrīwijaya jaya, siddhayātra sempurna….
Baca Juga:   Pemilik Warung Tertidur, Tukang Ojek Lakukan Pencurian

Prasasti Kedukan Bukit dipajang di Museum Nasional Indonesia. Dengan Nomor Registrasi D. 146.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button